Repost from my old blog, zainalrafzanjani.wordpress.com.
Uploaded : February 1, 2015
Dewasa ini, kalangan generasi muda Indonesia sedang berada pada daya tarik kehidupan yang lebih condong ke gaya kehidupan barat, dimana gaya “sesuka hati”-nya yang sangat kental dan terkesan glamour menjadikan kaum muda zaman sekarang terkesan tidak memiliki moral yang cukup baik untuk bersosialisasi sesuai dengan siapa kaum muda itu bersosialisasi. Kaum muda yang berkehidupan layaknya orang dewasa ada dimana-mana. Sangat jauh dari bagaimana wacana berkehidupan Pancasila yang sangat mengutamakan sila kedua yang berisi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Akan tetapi, tidak sedikit juga orang tua yang tidak berkehidupan Pancasila. Mulai dari “ngotot” ketika bersalah, melakukan kecurangan karena merasa memiliki seseorang yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan masalahnya. Tidak ada rasa adil dan beradab dari dua contoh itu. Kembali ke generasi muda, generasi muda pun juga sama. Merasa memiliki seseorang yang dapat diandalkan, mereka berpikir bahwa mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan. Berbondong-bondong pamer-memamer harta kekayaan sudah menjadi tren yang tidak dapat terelakkan lagi. Proud to be Indonesian? Dilihat dari grafik penjualan produk asing dan produk lokal, terdapat perbedaan yang sangat mencolok dari kedua produk ini. Kesalahan ada dimana? Kurang kreatif kah orang Indonesia? Tidak sedikit orang Indonesia yang dapat mengibarkan bendera Indonesia di sebuah kejuaraan internasional dengan tingkat gengsi yang tinggi. Jadi, sangat banyak SDM yang dimiliki negeri Garuda ini yang dapat digunakan oleh perusahaan lokal untuk mengalahkan pamor perusahaan perusahaan asing yang merajalela.
Pancasila. Bagi generasi muda, ini bukan keharusan atau pedoman berkewarganegaraan yang baik. Bagi kaum SD, SMP dan SMA, Pancasila hanya sebuah keharusan ketika upacara berlangsung dan ketika pelajaran yang menyangkut-pautkan Pancasila didalamnya. Bagi kaum kuliah yang tidak berada di jurusan yang memiliki unsur Pancasila didalamnya, Pancasila tidak lebih dari lima poin biasa dalam kehidupan bernegara. Biasa? Karena tidak sedikit dari mereka, yang menerapkan kehidupan Pancasila di kehidupan mereka. Sungguh kehidupan yang “bisa dibilang” tragis, bukan? Tapi, tetap saja tidak semuanya mempersampingkan kehidupan Pancasila ini begitu saja. Tidak sedikit warga Indonesia, terutama kaum muda yang memiliki sopan santun yang besar yang sangat cocok dengan kehidupan ber-Pancasila. Tidak sedikit kaum muda yang ingin mengenalkan Indonesia beserta unsur-unsurnya kepada dunia. Dunia maya adalah jalur yang telah dipilih kaum muda Indonesia untuk berkarya dan berkata. Maka, di dunia maya inilah kaum muda eksis. Berawal dari dunia mayalah, mereka dapat diapresiasi dan berkata di dunia yang nyata.
Globalisasi dan meningkatnya gaya hidup sangat berpengaruh dalam “tersingkirnya” kehidupan Pancasila di masa dimana teknologi dan gaya hidup kebarat-baratan merajalela. Banyak kaum muda yang beranggapan bahwa kehidupan ber-Pancasila sudahlah kuno. Tampilan luar lebih diagung-agungkan dibanding dengan moral yang lebih ada di unsur Pancasila. Mungkin dengan meng-upgrade kualitas produk lokal, entah itu dari Production House, perusahaan IT, bahkan perusahaan pakaian yang lebih menomorsatukan pendidikan Pancasila dengan tren yang ada seperti ini. Pesan visual yang diberikan dari sebuah film animasi, sebuah game dengan kualitas grafik yang bagus, juga dengan corak pada baju yang keren sangat membantu dalam memperkenalkan Pancasila di kalangan generasi muda.
Cita-cita Indonesia yang sangat ingin kembali menjadi macan Asia bisa diterapkan dengan menjuarai banyak turnamen internasional dan berkembang pesat dalam bidang teknologi informasi. Dunia maya yang telah mengecilkan Bumi yang luas ini sangat berpengaruh penting jika ingin kembali merajalela di Asia, bahkan dunia. Terutama untuk pemerintah, jangan sampai kesalahan-kesalahan seperti menyia-nyiakan orang-orang seperti Bapak B.J. Habibie, dan ilmuwan-ilmuwan lainnya terjadi lagi. Banyak ilmuwan Indonesia yang menahan dulu tawaran perusahaan asing demi menunggu adanya tawaran dari pemerintah Indonesia yang tak kunjung datang. Seusai menerima tawaran perusahaan asing, barulah mulai dilirik. “Peka lah!” Itulah kata-kata yang sering diucapkan kaum muda. Dan itu adalah pesan terhadap pemerintah agar lebih peka terhadap peluang-peluang generasi muda dengan tujuan yang cemerlang. “Jangan sampai ada kata seandainya setelah keheningan yang dibuat. Jangan sampai ada kata “kalau saja”, setelah buta dalam mencari potensi emas yang ada“.
Jika melihat tren kehidupan yang lebih condong ke barat, saya rasa sangat banyak kaum muda Indonesia yang telah jatuh ke dalam “jurang” itu dan jauh dari kehidupan Pancasila. Sangat banyak kaum muda Indonesia yang sudah tidak peduli dengan apa itu kehidupan Pancasila, bahkan apa itu kehidupan Indonesia. Banyak aturan yang dilanggar, menyia-nyiakan waktu, berbohong, bertindak secara ilegal, tidak semangat, tidak sopan, dan masih banyak lagi. Sudah seharusnya generasi muda Indonesia menjadi patokan bagi bangsa lain dalam berkehidupan berbangsa. Sudah saatnya generasi muda Indonesia menjadi pemimpin bagi bangsa lain dalam sebuah organisasi internasional. Semua itu dapat terwujud, jika dasar dari segala dasar telah mereka kuasai dan mereka terapkan. Mulai dari gaya hidup yang berlandaskan Pancasila, kualitas pendidikan yang sangat baik dan moral sebagai bangsa yang berbudi luhur. Semoga dengan semakin majunya teknologi, Indonesia tidak tertinggal jauh dari bangsa lain. Kuantitas jangan sampai lebih besar dari kualitas, karena dimana-mana kualitas sangatlah penting. Mau berapapun nilai yang ditawarkan, jika kualitasnya sangat bagus, tetap akan membuat orang lain tertarik. Tapi akan lebih baik jika kualitas dan kuantitas sama-sama bagus, karena sangat dibutuhkan banyak SDM yang memenuhi kriteria tersebut.
"Tetaplah maju Indonesia-ku. Generasi mudamu siap membawamu ke mimpi yang ingin kau tuju"
Komentar
Posting Komentar