Kemirisan menghampiriku tiap hari setiap mengingat dahulu mahasiswa di kota ini begitu vokalnya mengaspirasikan berbagai masalah sehingga membuat berbagai aktivitas di kampus dihentikan.
Kini, di kala masalah yang benar-benar darurat bagi setiap warga negara, karena poin-poin pada calon aturan negeri yang begitu ambigunya sedang membayang-bayangi kehidupan berbangsa; karena pelemahan pada kelompok pembela kebenaran terjadi; karena pembungkaman pada orang-orang yang berkata benar dilakukan, tidak satu pun terdengar desas-desus bahwa perlawanan akan dilakukan.
Isu rasisme dijadikan bahan pergerakan, namun tidak diakali oleh kemanusiaan. Warga dipaksa memilih untuk berpihak, jika tidak sesuai dengan kemauan sang penanya, maka akan dianiaya dengan cara yang tidak manusiawi.
Apakah marah tidak diperbolehkan apabila dianggap bukan manusia? Apakah marah tidak diperbolehkan apabila sedang direndahkan? Apakah marah tidak diperbolehkan apabila mendapati sedang diperlakukan berbeda? Tentu saja sangat boleh. Akan tetapi, kita yang dihina-hina; kita yang direndahkan; kita yang diperlakukan secara berbeda, tidak sepantasnya MENGGANTIKAN kuasa Tuhan dalam memutuskan untuk mengambil kembali atau tidaknya nyawa seorang atau lebih manusia.
Kita tidak setinggi itu, kita manusia hanya bisa mengingatkan manusia lainnya. Hanya sebatas mengingatkan. Mengingatkan apabila kondisi di sekitar kita sedang tidak baik-baik saja. Mengingatkan apabila di masa mendatang, kita bisa saja menjadi narapidana atau dikenakan denda karena hal konyol.
Sudah cukup kesedihan dirasakan bagi mereka yang kehilangan. Sudah cukup ketakutan dirasakan bagi mereka yang tidak mendapatkan rasa aman. Kini waktunya untuk bersatu. Bahu-membahu menghadapi ketidakadilan yang sedang terjadi, dan mencegah ketidakadilan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar