Dalam buku trilogi Negeri 5 Menara terdapat 3 poin penting yang dapat kita pelajari.
1. Man Jadda Wajada (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil).
2. Man Shabara Zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung).
3. Man Saara ala Darbi Washala (Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan).
Pada buku ini, Ahmad Fuadi (penulis trilogi Negeri 5 Menara) menceritakan kisah hidupnya yang terus berjalan pada bidang jurnalistik mulai dari SMA hingga masuk pada dunia kerja. Walau sempat bingung di mana ia harus memijakkan kakinya, tapi dia sudah mengetahui bahwa passion dia adalah pada bidang tulis-menulis.
Tapi bagaimana dengan orang-orang yang baru menyadari dimana passion-nya ketika dia sudah memberikan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk mempelajari satu bidang tertentu. Dan ternyata bidang itu bukanlah minat sesungguhnya yang ingin ia tekuni.
The New York Times melaporkan bahwa "Hasrat dan pengalaman seseorang jauh lebih penting daripada jurusan yang telah diambilnya."
Tapi akan muncul pertanyaan, "Bukankah menjadi hal yang sia-sia jika kita harus melakukan hal yang berbeda dengan apa yang telah kita pelajari dengan mengorbankan banyak waktu, pikiran, tenaga dan tentu saja biaya?"
Terkadang menjadi penggerutu adalah salah satu kebiasaan seseorang ketika dia melakukan hal yang tidak sesuai dengan kemauannya atau hal yang sia-sia baginya. Menjadi terpenjara terkadang ada pada benaknya.
Dia menjadi seorang penggerutu kepada siapa saja dan mungkin juga pada orang tuanya sendiri. Tapi bukankah tidak adil jika harus menyalahkan orang lain? Terlebih orang tua kita sendiri yang disalahkan.
Mungkin solusi dari ini adalah berdamai dengan semua hal yang ada di depan kita. Berdamai bahwasanya ini mungkin adalah jalan dari-Nya. Bukankah dalam setiap shalat, minimal 17 kali dalam sehari kita meminta agar ditunjukkan jalan yang lurus khususnya pada rezeki kita sendiri? Pernahkah kita berpikir bahwasanya ketika kita menjadi penggerutu dan ingin berbuat lebih, ternyata kita telah dibantu oleh-Nya? Dihindarkan-Nya dari marabahaya?
Mungkin kita yang kurang bersungguh-sungguh, kurang bersabar sehingga kita menjadi lupa bahwa seharusnya kita harus ingat pada saran terakhir, yakni Man Saara ala Darbi Washala. Dan pastinya, masih harus berdamai dengan apa yang ada di depan kita.
Saya teringat dengan pernyataan seorang mama yang sedang sakit parah kepada anaknya pada buku Titik Nol karangan Agustinus Wibowo. Dia mengatakan, "Mimpimu selalu berubah. Aku ingat betul, dulu waktu masih TK, kamu ingin jadi polisi. Ke mana-mana kamu selalu pakai seragam polisi. Ingat? Lengkap dengan pangkat-pangkat di saku. Juga pakai topi dan sempritan. Lalu kamu kepingin jadi guru, suka bicara sendiri di kamar, mengajar murid-murid khayalan. Setelah itu, jadi juri putri kecantikan, atau pilot. Lalu, jadi pendeta misionaris, lalu..." dan diamini oleh anaknya yang mengatakan "Dia benar. Mimpiku memang selalu berubah, bahkan hingga hari ini. Terlalu banyak mimpi, sampai aku pun tak tahu pasti mana mimpi yang harus benar-benar kukejar, mana yang tugasnya hanya menghiasi tidur malam."
Mungkin ini yang dirasakan oleh orang-orang yang terlambat mengetahui passion-nya atau bahkan belum mengetahui passion-nya. Sehingga harus bekerja lebih keras agar mengetahui apa yang benar-benar ingin dia lakukan.
Jangan sampai hal yang tepat berada di depan mata kitalah yang ternyata adalah rezeki kita, hal yang baik bagi kita, sehingga kita harus berdamai dengan hal itu dan menekuninya agar berada di satu jalan yang benar-benar kita kuasai. Entah berapa lama pun itu, yang pastinya jika kita sudah bersungguh-sungguh, sudah bersabar dan sudah berjalan di jalan yang kita mau, nikmat itu akan datang dari tempat yang tak disangka-sangka.
Semoga bermanfaat.
Seorang guru konseling pernah berkata, adalah mereka yang sukses dan kuat telah melalui jalan yang berat, dan 60% orang sukses di dunia adalah mereka yang salah jurusan. Intinya tak perlu takut terhadap jurusan apapun, seiring waktu berlalu, kita akan tahu dimana "passion" kita, tanpa mengaku-ngaku suatu passion hanya karena sedang "trend".
BalasHapusDan ya, benar. jangan pernah mereasa menyesal karena tidak bisa sejalan dengan passion-mu. Kau tak akan tahu akan ada bahaya apa yang menunggumu jika memaksa masuk dalam "passion akuan" mu. Saya percaya, passion seseorang pasti terwujud. Jika kau merasa passion-mu di bidang tulis-menulis, lalu kau gagal maka bukan itu passion-mu yang sesungguhnya. Itu hanya hobi. Semua orang akan sukses di passion mereka masing-masing. Passion yang tidak diaku-aku kan.
Btw, Mantap bosque tulisan maneh!
good...
BalasHapus